Tampilkan postingan dengan label dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dakwah. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 September 2014

JANGAN KELIRU MEMANTASKAN DIRI

JANGAN KELIRU MEMANTASKAN DIRI

Bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah.
Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok,
tak lagi untuk ibadah.

baca selengkapnya ya...

-------------------------

Salah satu ujian iman tertinggi adalah ketika diri tak menyadari.. posisi tertinggi hati, tak lagi Allah yang menghuni.
Terkelabui oleh cinta yang katanya sejati,
padahal hakikat kehadirannya hanya untuk menguji...

Bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah.
Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok,
tak lagi untuk ibadah.

Mulai gelisah menapaki pencarian, mengabaikan penguatan ketaatan dalam kesendirian.
Padahal ketahuilah.. episode ‘sendiri’ itu Allah berikan sebagai sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi kehidupan.
Episode ‘sendiri’ juga merupakan kesempatan untuk memupuk ketaatan, sebagai bekal persiapan pulang.
Ia bukanlah sebuah kutukan, sehingga dianggap pantas sebagai cibiran. Bukan...

Tenang saja.. kalem.. santai.. semua sudah diatur. Diatur dengan sebaik-baiknya, dengan setepat-tepatnya.
Tak perlu gelisah, khawatir jadi salah arah. Tak perlu buru-buru, khawatir jalan tempuhnya keliru.

Jangan terbawa arus, meski di luar sana sekali ‘kompor’ yang nyaris membuat hangus. Santai saja....
Lagipula mereka di luar sana belum tentu ikut bertanggungjawab apabila diri salah niat...

Kuatkan hati, sambil berbenah diri...
Tapi hati-hati. Jangan bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah...

Sebab jika tujuannya demikian, sesungguhnya kita telah membatasi karunia Allah tanpa sadar...
Jika Allah ridho, karunia yang diberikan-Nya bisa jauh lebih luas dari itu.
Berbenahlah dengan ikhlas, demi menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik, dunia serta akhirat...
Ingatlah, kita akan diuji oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai. Bisa jadi sebab Allah cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintai-Nya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar...

Maka doaku, doamu, dan doa siapapun yang setuju..
Berharap diri tak keliru menyandarkan harapan, pada yang tak seharusnya.
Berharap hati tak dilabuhkan, pada tempat yang tak semestinya.
Berharap Allah menggenggam segala rasa, yang tak perlu tercurah.. bila belum saatnya..

Andai pun kelak dipertemukan, berharap kecintaan kepadanya, tak lebih tinggi dari kecintaan kepada-Nya.
Sebab jika Allah tidak ridho, tentu tak sulit bagi-Nya mengambil kembali, apapun yang kita rasa sudah dimiliki...

Maka, undang keridhoan-Nya, dengan tetap menempatkan Illahi Rabbi.. di posisi tertinggi hati..
Dan jangan keliru atas hakikat memantaskan diri.

#Refleksi

Ditulis oleh Febrianti Almeera

*Boleh di SHARE jika bermanfaat :')

Senin, 23 April 2012

Mandi Wajib Tanpa Sabun, Sah kah?


Segala puji hanyalah milik Allah.
Yang menjadi kewajiban ketika seseorang mandi dari hadats besar adalah mengguyurkan air kesuluruh tubuhnya. Tidak diharuskan baginya menggunakan sabun ataupun alat pembersih lainnya. Karena semua sahabat yang menceritakan tata cara mandi janabah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak ada satupun dari mereka yang menyebutkan bahwa beliau shallallahu’alaihi wasallam mandi janabah dengan daun bidara, sabun ataupun pembersih lainnya. Akan tetapi beliau shallallahu’alaihi wasallam menyukupkan diri dengan mengguyurkan air keseluruh badan (termasuk rambut kepala-pen). Diantara riwayat yang menyebutkan hal tersebut adalah hadits yang datang dari Aisyahradhiallahu’anha, “Jika Nabi shallallahu’alaihi wasallam mandi janabah… kemudian menuangkan air diatas kepalanya tiga cidukan dengan tangan kemudian mengguyurkannya keseluruh tubuh.”(HR. Bukhari 240)
Dari Ummu Salamah radhiallahu’anha berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang wanita yang menggelung rambut, apakah aku harus menguraikannya ketika mandi junub?” Beliau menjawab, ‘Tidak, cukup bagimu menuangkan air diatas kepalamu tiga kali kemudian engkau mengguyurkan air ke badanmu, kemudian engkau bersuci.’”(HR. Muslim 497)
Ulama Al-Lajnah Ad-Daimah (lembaga fatwa Saudi Arabia-pen)pernah ditanya (5/315),
Apakah mandi janabah harus menggunakan sabun, kenapa?
Mereka (para ulama)menjawab,
“Seseorang diwajibkan mandi ketika junub dengan air dan tidak diwajibkan baginya menggunakan pembersih seperti sabun dan yang sejenis. Demikianlah yang ditunjukkan oleh sunnah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Akan tetapi jika ingin menggunakannya, tidaklah mengapa.” Demikian wallahu a’lam bishawab

Rabu, 28 Desember 2011

buat yang ingin bergabung di lembaga dakwah/kemanusiaan/lembaga lainnya silahkan baca ketentuan ini dulu supaya g salah pilih

Banyaknya wadah perkumpulan atau jamaah yang dapat dipergunakan oleh para aktivis yang mengabdi kepada agama dipergunakan oleh para aktivis yang mengabdi kepada agama Allah, dapat memancing keraguan di dalam diri seorang muslimin. Dengan kelompok atau jamaah yang mana ia akan menggabungkan diri?

Dan kelompok mana yang harus dijauhi? Sikap keragu-raguan dirinya itu, apalagi jika hal ini disertai dengan ketidak tahuannya tentang hakikat dan prinsip-prnsip yang dianut oleh perkumpulan atau jamaah yang berlainan tersebut, sering kali pula akan dapat menyebabkan dia terjangkiti penyakit 'uzlah' atau 'tafarrud'.

Oleh karena itu, seorang aktivis dakwah dituntut harus memahami aneka tujuan dan cara yang ditempuh oleh masing-masing kelompok atau jamaah itu agar dia dapat menetukan sikap serta mengambil pilihan terhadap salah satu diantaranya, yakni terhadap kelompok atau jamaah yang kebaikannya lebih menyeluruh.

Beberapa kriteria kelompok atau jamaah yang kebaikannya menyeluruh tersebut antara lain :

  1. Yang menjadi hadaf (tujuannya), yakni menerapkan syari'at dan manhaj Allah di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya :

    إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ

    "Sesungguhnya (hak) menetapkan hukum itu hanyalah bagi Allah." (QS. Al-An'am [6] : 57)

  2. Yang melandaskan setiap ucapan dan perbuatannya, karena Allah semata. Sebagaimana firman-Nya :

    قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾

    "Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku dipeirntahkan, dan aku adalah orang yang pertama menyerahkan diri." (QS. Al-An'am [6] : 162-163)
  3. Yang melepaskan semua bentuk wala' (loyalitas) kecuali kepada Allah semata. Sebagaimana firman-Nya:

    إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ ﴿٥٥﴾

    "Sesungguhnya wali (penolong) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa yang memanggil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang menang." (QS. Al-Maidah [5] : 55)
  4. Yang menganut paham yang lurus terhadap Islam, tidakghuluw (ekstrim) dan tidak pula tafrif (peremeh). Kemudian ia melaksanakan syariatnya secara integral, dari siwak (pembersih mulut yan dianjurkan Rasulullahshallahu alaihi was sallam) sampai kepada jihad. Sebagaimana firman-Nya :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً

    "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam agama Islam secara keseluruhan." (QS. Al-Baqarah [2] : 208)
  5. Amal lyang pertama kali dilakukan harus berorientasi pada pembentukan pribadi muslim yang menghimpun seluruh sikap-sikap baik, dan jauh dari sikap-sikap tercela, serta berusaha untuk memperoleh pertolongan Allah, dukungan, dan kemenangan dari-Nya. Sebagaimana firman-Nya :

    إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

    "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd [13] : 11)

    Dan firman-Nya yang lain :

    قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿١٠﴾

    "Sesungguhnya telah beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syam [91] : 9-10)
  6. Yang memiliki sifat universal dalam upaya menerapkan nilai-nilai kepribadian muslim ini, yaitu dengan bentuk penyebaran dan pemerataan pada semua lapisan masyarakat, bahkan seluruh penjuru dunia. Firman-Nya :

    وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾

    "Dan tidaklah Kami mengutus engkau kecuali berupa rahmat atas seluruh alam." (QS. Al-Anbiya' [21] : 107)
  7. Yang senantiasa berupaya mengikat kesatuan pribadi Islami dengan bersumberkan pada satu komando, sehingga menjadi satu bentuk pola pikir yang satu, hati yang satu, rohani yang satu, dan perasaan yang satu, sekalipun pribadi anggotanya berbeda. Firman-Nya :

    وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ

    "Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai." (QS. Ali-Imran [3] : 103)
  8. Yang senantiasa berpijak diatas tahapan yang benar, teliti dan terbina diatas suatu pengkajian yang kontinu serta bertolak dari pemahaman yang lurus akan realitanya. Firman-Nya :

    وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

    Dan katakanlah, "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu." (QS. At-Taubah [9] : 105)
  9. Yang senantiasa memelihara langkah-langkah proritas dalam beramal, yaitu tatkala sebuah jamaah mengalamai kesulitan dari para penguasa, atau menyempitnya kemungkinan dan sarana mereka harus mendahulukan hal-hal usuhuul (prinsip) di atas masalahfuruu' (cabang), memprioritaskan yang wajiba daripada yang sunnah, serta menyegerakan hal-hal yang telah disepakati daripada yang masih diperselisihkan. Ini sebagaimana yang diperbuat oleh Rasulullah shallahu alaihi wassalam, tatkala beliau mengutamakan upaya menghancurkan berhala-behala yang bercokol di dalam jiwa manusia, sebelum beliau menghancurkan berhala-berhala yang berwujud patung yang mengelilingi dan memenuhi Ka'bah.

Itulah gambaran jamaah yang benar dan layak untuk diikuti, dan menjadi pilihan kaum muslimin di tengah-tengah berbagai jamaah yang ada dewasa ini. Wallahu'alam.

eramuslim.com

Apa Makna Wanita Diciptakan dari Tulang Rusuk yang Paling Bengkok?

Pertanyaan:

Disebutkan dalam sebuah hadits, “Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,” dst. Mohon penjelasan makna hadits dan makna ‘tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas’?

Jawaban:

Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di masing masing kitab Shahih mereka, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.”
(HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)

Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”

Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.

Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.

“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).”
(HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)

Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.

Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(Qs. An-Najm:4)

Sumber:
Majmu Fatawa wa Maqadat Mutanawwi’ah juz 5 hall 300-301, Syaikh Ibn Baaz Fatwa fatwa Terkini Jilid 1 Bab Perlakuan Terhadap Istri penerbit Darul Haq

***
Artikel muslimah.or.id